Blog

  • Marhaban Yaa Ramadhan

    Marhaban Yaa Ramadhan

    Oleh : Fadhla Umaimah

    Bismillahirrohmanirrahiim…

    Assalamu’alaikum 😊”

    Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan edisi spesial bulan Ramadhan. Karena hanya menghitung hari kita akan berjumpa dengan tamu istimewa.

    Baca hingga selesai ya…

    Apa itu Ramadhon ?

    Puasa Ramadan merupakan puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan yang jumlah harinya antara 29 dan 30 hari dalam puasa.  Menahan diri dari lapar dan haus sejak fajar hingga terbenamnya matahari.

    Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan penuh kemuliaan yang dinantikan kehadirannya.

    Ramadhan merupakan bulan ke sembilan dari dua belas bulan dalam tahun hijriah. Hafal kah kawan urutan bulan dalam hijriah?

    1. Muharram
    2. Safar
    3. Robi’ul Awwal
    4. Robi’ul Akhir
    5. Jumadil Awwal
    6. Jumadil Akhir
    7. Rajab
    8. Sya’ban
    9. Ramadhan
    10. Syawwal
    11. Dzulqo’dah
    12. Dzulhijjah

    Allah pun berfirman dalam Al-Qur’an, diwajibkan atas kaum muslim untuk berpuasa :

    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 183).

    “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberikan makan bagi seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengethaui.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 184).

    “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 185).

    “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqara, Ayat 187).

    Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.

    Lalu bagaimana dengan antusias Sahabat-sahabat Rasulullah SAW saat menyambut bulan penuh keberkahan ini?

    Ayo simak kisah mereka ya kawan…

    Rasullullah SAW bersama sahabat-sahabatnya menyambut Ramadhan bulan yang penuh kemuliaan ini dengan penuh suka cita, seolah mereka akan kedatangan tamu yang sangat mereka tunggu-tunggu kehadiran.

    Begitu istimewanya bulan Ramadhan ini, Rasulullah dan Para Sahabat sudah mempersiapkan diri mereka sejak bulan Sya’ban. Dengan harapan keridhoan Allah kepada mereka.

    Ayo kita baca dengan saksama hadist berikut :

    Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi bahwa Rasulullah berceramah di hadapan para sahabat di akhir Sya’ban, beliau bersabda,

    “Wahai sekalian manusia. Kalian akan dinaungi oleh bulan yang agung nan penuh berkah. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu malam. Allah menjadikan puasa di bulan itu sebagai kewajiban dan qiyamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan amal kebaikan seolah-olah ia telah melakukan kewajiban di bulan lain. Dan barangsiapa melakukan kewajiban pada bulan itu maka ia seolah telah melakukan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ia adalah bulan kesabaran dan kesabaran itu adalah jalan menuju surga. Ia adalah bulan keteladanan dan bulan dimana rezki dimudahkan bagi orang mukmin. Siapa memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan lehernya diselamatkan dari api neraka. Ia juga mendapatkan pahalanya tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun.”
    Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidak semua kita bisa memberi buka bagi orang puasa.”
    Rasulullah menjawab, “Allah memberi pahala yang sama kepada orang yang memberi buka walau sekadar kurma dan seteguk air atau seteguk air susu. Ia adalah bulan dimana permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan, dan ujungnya diselamatkannya seseorang dari neraka. Barangsiapa meringankan budaknya Allah mengampuninya dan membebaskannya dari neraka.
    Perbanyaklah kalian melakukan empat hal: dua hal pertama Allah ridha kepada kalian, yaitu mengucapkan syahadat tiada ilah selain Allah dan meminta ampunan kepada-Nya. Sedangkan hal berikutnya adalah yang kalian pasti membutuhkannya; yaitu agar kalian meminta surga kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari neraka.
    Barangsiapa memberi minum orang berpuasa maka Allah akan memberinya minum dari telagaku yang tidak akan pernah haus sampai dia masuk ke dalam surga.” (Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

    Maasyaa Allah…

    Hadist di atas menggambarkan bagaimana keindahan bulan Ramadhan bukan?

    Menahan lapar, haus, dan nafsu dengan niat ibadah hanya Kepada Allah adalah hal yang begitu mudah. Namun, ganjaran yang Allah berikan kepada kita–ummatnya sungguh sangatlah luar biasa.

    Ada banyak pahala di Bulan Ramadhan yang Allah lipatgandakan untuk kita, kawan. Lalu bagaimana mungkin kita hanya mengisinya dengan tidur dan bermain ponsel dari adzan shubuh hingga adzan Maghrib?

    Bukankah sangat membosankan?

    Sebelum Romadhan benar-benar datang, Mari kita membenahi diri. Mempersiapkan segala macam jadwal untuk mengisi kekosongan waktu dengan beribadah.

    Apa saja itu?

    Mudah saja, tidak perlu jauh-jauh untuk memperbanyak pahala di bulan penuh keberkahan itu.

    Yang paling sederhana adalah, ambil Mushaf kita yang sudah lama kita tinggalkan di rak buku. Mungkin sudah berdebu akibat terlalu lama kita simpan tanpa ada rasa ingin menyentuhnya.

    Ambil Mushaf lalu bacalah….

    Atur waktu kita untuk lebih banyak membaca Al-Qur’an dibandingkan dengan bermain ponsel.

    Karena kenapa?

    Waktu kita hanya sedikit. 29 atau 30 hari bukanlah waktu yang panjang.

    Setelah itu bulan Ramadhon akan pergi meninggalkan kita. Manfaatkanlah waktu yang ada. Selagi Allah beri kita kesehatan fisik untuk kita beramal, maka perbanyaklah….

    Eits…

    Tapi bukan berarti Romadhon pergi lalu kita tidak lagi membaca Al-Qur’an ya…

    Justru dengan adanya bulan Ramadhan kita terbiasa membaca Al-Qur’an, setelah bulan Ramadhan pergi kita harus menargetkan diri untuk menghafalnya ya!

    Atur waktu dengan baik, karena tidak ada yang tahu kapan dan di mana kita meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

    Marhaban Yaa Ramadhan 😊😊😊

    Wallahua’lam.

  • Tabayyun Zaman Now

    Tabayyun Zaman Now

    Oleh : Fadhla Umaimah

    “Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuh 😊”

    Salam ukhuwah untuk semua pembaca dan pengunjung blog ini. Seperti biasa, setelah salam hangat, akan ada sebuah opini yang mengganggu pikiran saya.

    Silahkan dibaca…

    Pada post kali ini saya akan mengulik tentang fakta tentang tabayyun. Tabayyun yang dilakukan pada zaman sekarang ini.

    Tabayyun Zaman Now!

    Zaman Now yang memiliki arti zaman sekarang. Identik dengan teknologi yang maju dan berkembang dengan pesat.

    Apa itu Tabayyun?

    Secara bahasa tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya.

    Secara istilah tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara hukum, kebijakan dan sebaginya hingga sampai jelas benar permasalahnnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi atau tersakiti.

    Di zaman sekarang, zaman penuh fitnah. Ada baiknya kita lebih sering melakukan Tabayyun sesuai dengan syari’at Islam.

    Untuk apa sih Tabayyun itu?

    Ada banyak manfaat dari tabayyun, seperti :

    1. Menjaga Silaturahmi
    2. Tidak adanya salah paham dan ketidakjelasan tentang suatu informasi.
    3. Menjaga persahabatan atau persaudaraan.
    4. Menjaga lisan dari dosa.

    Empat contoh di atas adalah manfaat dari tabayyun. Lalu apa kaitannya dengan Tabayyun Zaman Sekarang?

    Tabayyun zaman sekarang itu…

    Ketika datang menghadiri sebuah tempat untuk melakukan tabayyun, kebanyakan hanya diam. Seolah tidak terjadi apa pun. Bungkam seribu bahasa dan memilih untuk memerhatikan.

    Dan ketika tabayyun selesai.

    Ia kembali membuka forum di tempat lain. Dunia Maya. Mengutarakan semua keluh kesahnya secara lugas. Tentang uneg-uneg hatinya. Mencari pembelaan atas ucapannya dan tak mengakui kesalahannya.

    Sekali pun benar, perilaku seperti itu tidaklah  pantas untuk dilakukan.

    Di depan orang banyak, ketika seperti Kerbau dicucuk hidungnya. Di belakang, seperti Kuda dipecut.

    Jika tabayyun yang sehat, maka manfaat dari tabayyun akan berbuah bagus. Tapi jika tabayyun yang dilakukan tidak sehat, maka bersiaplah permasalahan yang dihadapi tidak kunjung selesai. Atau parahnya, mendapat masalah yang lebih banyak.

    Jadilah pribadi yang bijak, jika salah mengakulah salah namun jika benar tidak bersikeras dan tidak mau mendengar orang lain.

    Tabayyun yang dilakukan seperti zaman sekarang ini, mampu membuat perselisihan diantara sesama saudara. Dan tidak akan menyelesaikan masalah apa pun.

    Ya, tulisan di atas adalah ungkapan fakta di balik fakta yang mengganggu pribadi saya ini.

    Harus Ada Tabayyun Agar TIDAK ada Salah Paham

    Kita terlalu sering salah paham, padahal sudah ada tabayyun.

    Cobalah untuk terbuka saat tabayyun, tidak menggunjing di balik layar.

    Masalah tidak akan selesai jika dirimu hanya berkata ‘iya’ tanpa membuka pendapat.

    Dan berbalik mengatakan ‘tidak’ saat diskusi usai.

    Sekian tulisan saya, semoga dapat mengambil hikmah dari tulisan ini.

    Wallaahua’lam.

  • PUISI

    PUISI

    Kopi dan Gula

    Oleh : Fadhla Umaimah

    Pahit kopi bagai pahitnya kehidupan
    Pahit kopi bagai rindu yang tak bersampaikan
    Pahit kopi bagai cinta tanpa jawaban
    Pahit kopi bagai safar dalam kesendirian

    Aku butuh gula
    Pemanis dalam kehidupan
    Aku butuh gula
    Agar rindu ini tersampaikan
    Aku butuh gula
    Jawaban atas penantian
    Aku butuh gula
    Untuk tak lagi sendirian

    Walau kutahu,
    Ada sakit yang tak bisa sembuh
    Namun, ada sabar sebagai penawar
    Hingga indah dalam penantian

    Jonggol, 25 Oktober 2019

  • Santri Abadi Part 2

    Santri Abadi Part 2

    “Menghafal Al-Qur’an itu sebuah kenikmatan, bukan dijadikan beban.”

    Baiklah kita akan bahas lagi tentang “Santri Abadi.”

    Pada kesempatan ini saya akan menyapa seluruh pengunjung dan pembaca setia blog milik saya, siapa pun itu.

    Assalamualaikum 😁”

    Biasakan untuk memberikan salam kepada sesama muslim. Dan tambahkan senyum tulus untuk kawan kita. Karena dengan senyuman menambah kehangatan diantara kita.

    Setelah salam, maka masuk sesi di mana perkenalan tentang apa itu pondok menurut cara pandang saya.

    Pondok Pesantren.

    Ada banyak kriteria pondok pesantren. Yang pertama Pesantren Modern, Pesantren Tahfidz dan lain sebagainya. Kriteria pondok ini tergantung dari kita memetakannya.

    Pesantren identik dengan hidup di sebuah lingkungan, di mana di tempat itu kita belajae, tidur, makan, bersosialisasi dan melakukan segala aktifitas yang biasanya di rumah berpindah ke pesantren.

    Untuk pesantren yang saya tempati adalah sebuah pondok pesantren Al-Qur’an, yang di mana tidak terlalu banyak santri di dalamnya.

    Entah karena pesantren baru atau memang peminat untuk generasi muda untuk menghapal Qur’an sedikit. Wallahua’lam.

    Dan kesempatan kali ini akan saya perkenalkan pesantren Qur’an yang saya tempati hampir 6 tahun.

    6 tahun loh ya? Bukan 6 bulan…

    6 tahun sejak pondok ini didirikan.

    Sungguh sebuah perjuangan yang tidak akan terlupa.

    Bagaimana bisa?

    Seperti yang sudah di tulis pada post sebelumnya, saya lulus SMA dan baru memilih untuk mondok.

    Bohong namanya kalau saya tidak menginginkan kuliah layaknya kawan saya yang lain. Selalu ada besitan dalam hati tentang sebuah kata, “pengen kuliah.”

    Qodarullah…

    Ya, semua berjalan sesuai takdir, dan itu harus kita jalani, nikmati dan syukuri 😁

    Alasan memilih mondok dibanding kuliah…

    Alasannya karena sebuah janji yang saya tuturkan saat saya lulus SMP. Saya berjanji pada kedua orang tua saya untuk menghafal Qur’an saat lulus SMA.

    Dan Allah pun mengizinkan itu terjadi.

    Awalnya saya berpikir bahwa ucapan yang saya ucapkan hanya sebagai alasan untuk tidak masuk pesantren saja. Tapi, ternyata kalimat tersebut selalu terngiang dalam benak saya.

    Lulus SMA pun saya akhirnya memilih untuk mengikuti kemauan orang tua, berpikir bahwa waktu yang tersisa tidak banyak. Terlalu banyak saya bermain dengan dunia yang fana’ ini.

    Ditambah lagi, saya telah lelah berkutat dengan matematika, fisika, kimia dan segala macam angka.

    Tahun pertama

    Karakter setiap manusia itu berbeda-beda. Ada yang ramah, cuek, mudah bergaul, pendiam dan lain sebagainya.

    Saya sendiri pribadi yang tertutup dan cukup cuek. Lebih memilih damai dan menjauhi segala macam pertengkaran.

    Usia saya pun termasuk usia tertua, karena banyak teman-teman satu angkatan yang baru saja lulus SD dan memilih untuk menghafal Qur’an.

    Karena usia yang sudah tidak muda, mau tidak mau saya harus menjadi contoh yang baik untuk kawan yang lain. Rasanya seperti menjadi orang lain.

    Terbiasa dengan keadaan yang malas untuk bergerak dan bangun siang. Atau paling bagusnya, bangun saat adzan shubuh, sholat kemudian tidur lagi menjadi rutinitas sebelum masuk pesantren.

    Dan semua berubah saat masuk pesantren. Dibiasakan untuk bangun sebelum shubuh, guna melaksanakan sholat tahajud, ditemani dengan air dan hawa dingin setiap pagi.

    Kawan yang lebih muda akan melihat bagaimana saya dan kawan yang seumuran saya melakukan jadwal ini, bukan semata-mata iqob yang akan diterima, melainkan karena ada rasa bertanggung jawab kepada kawan yang lebih muda.

    Poin satu yang saya dapat di tahun pertama. Rasa tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada kawan yang lain.

    Selanjutnya, akan saya bahas di lain kesempatan, ini masih sedikit banget ya. Poinnya aja masih satu di tahun pertama lagi,

  • Hijrah Episode 2

    Bahas tentang hijrah melalui tulisan tangan si Pendengar Kisah

    Oleh : Fadhla Umaimah

    Segelintir akhwat yang saya temui tidak jarang hanya mengikuti kawannya. Dan pada kesempatan ini, saya akan menceritakan satu kisah kawan lama saya, yang Maasyaa Allah…

    Ini dibikin versi cerpen ya… Agar lebih enak untuk dibaca.

    “Aku tidak pernah ikut acara Camp sekolah. Bukan karena tidak boleh, tapi karena aku memiliki pemahaman yang berbeda dari kawan-kawanku yang lain.” Ia tersenyum sambil menatap aku dan teman yang lain.

    Namanya Hafshoh (Nama disamarkan). Usianya sama denganku saat kami memilih untuk mencintai Al-Qur’an. Kami sama-sama lulus SMA dan mengabdi di pondok Tahfidz.

    Tapi perbedaannya denganku sangatlah berbeda. Bahkan sangat berbeda. Bagaikan langit dan bumi.

    Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menemukan sosok cantik. Bukan dari fisik melainkan dari hatinya. Sangaaat cantik… Maasyaa Allah.

    1:1000

    Dia satu-satunya kawan yang kulihat tidak ada jeleknya, sekalipun ada. Aku beranggapan dia masih lebih baik dari diriku.

    Setiap ucapannya adalah sesuatu yang menenangkan. Cerita atau kisah hidupnya pun penuh makna, tidak ada yang namanya sekedar cerita murahan.

    Dia akhwat yang membawa perubahan untuk saya dan semua teman saya saat masuk pondok.

    Kerudung panjang dan jubah lebar. Untuk pertama kalinya saya melihat keanggunan dari sosok akhwat dengan jubah besar dan kerudung besar.

    Saya pun perlahan mengikuti acara berpakaiannya bukan karena peraturan, tapi karena melihat sosoknya yang luar biasa membuat saya terkesima.

    “Saat SMA, saya selalu dikucilkan karena kerudung panjang saya. Bahkan guru pun ada yang memberikan nilai rendah padahal saat ujian nilai saya alhamdulillah bagus.” Cerita Hafshoh dengan gaya khasnya yang teduh.

    “Saaat acara menginap saya tidak ikut. Karena saat acara kemah pasti akhwat dan ikhwan akan berkumpul, dan khawatir adanya ikhtilat. Selain itu acara kemah juga pasti ada acara api unggun, yang di mana api unggun itu tradisi Majusi. Walaupun dipaksa saya tetap tidak ingin ikut.”

    Aku semakin terkagum-kagum dengan akhwat ini. Bagaimana bisa, aku yang saat SMA saja tidak peduli bagaimana cara bergaul secara islami. Sementara dia, sudah berpikir bukan tentang lawan jenis atau cinta atau sejenisnya, tapi pembahasan yang tidak pernah terlintas di pikiran saya.

    Dari Hafshohlah saya belajar banyak hal, terutama tentang Islam. Terlebih lagi pondok yang saya masuki, dipenuhi dengan warna-warni keanekaragaman sifat dan karakter, membuat saya semakin belajar bahwasanya dunia ini penuh dengan orang-orang yang berbeda-beda.

    Meski dilihat-lihat saya jauh sekali dari sifat teduh Hafshoh, saya tetap belajar untuk mempertahankan yang telah ia bagikan kepada saya. Apa itu?

    Sebuah gamis dan kerudung panjang yang akan saya istiqomahkan hingga akhir hayat saya…

    Secuil cerita tentang kisah hijrah saya, yang membuat saya terlena dan jatuh cinta pada gamis dan berkerudung syar’i. Walau belum ingin memakai cadar. 😊

    Wallahua’lam…

  • Hijrah Episode 1

    Bahas Hijrah, melalui tulisan tangan si Penyimak Kisah

    Oleh : Fadhla Umaimah

    Hijrah adalah berpindah dari tempat yang buruk ke tempat yang lebih baik.

    Begitu banyak teman saya yang melakukan hijrah mereka. Alhamdulillah sudah mampu mengenakan kerudung panjang atau sudah ada yang mampu menutupi wajahnya dengan cadar.

    Namun, cerita dibalik hijrah mereka cukup menggelitik dan tak sedikit penuh dengan air mata.

    Setiap manusia memiliki jalan takdir masing-masing dan ujian serta cobaan masing-masing. Dan disinilah, saya sebagai pendengar kisah itu berada. Membuat sesuatu yang awalnya hanya sebuah angan menjadi kenyataan.

    Hijrah.

    Kebanyakan kawan saya. Merubah diri mereka karena tuntutan Pesantren. Mengharuskan untuk berjilbab panjang dan mengenakan gamis. Dilarang bagi akhwat untuk memakai potongan (baju dan rok) keluar asrama.

    Mereka menikmati itu semua dengan senang. Ditambah lagi gamis-gamis zaman sekarang telah banyak yang bermodel dan berwarna-warni. Dan jiwa perempuan muncul, untuk membeli gamis setiap ada kesempatan. Terutama dengan harga yang murah.

    Entah niat apa yang telah memenuhi mereka. Hanya untuk ikutan teman yang lain, atau karena memang ingin berubah menjadi lebih baik.

    Dan…

    Waktu akhirnya menjawab.

    Ya, waktu menjawab segalanya.

    Kawan yang keluar dari Pondok, beberapa ada yang membiarkan jilbab panjangnya di gantung dan disimpan rapih dalam lemari mereka.

    Namun, beberapa yang lain tetap mempertahankan apa yang telah menjadi jati diri mereka. Mempertahankan apa yang telah membuat mereka nyaman dan tenang.

    Nah, itulah secuil potongan cerita tentang hijrah.

    Semoga yang telah hijrah dapat istiqomah dengan pakaiannya. Dan semoga kawan yang lain, bisa kembali demgan pakaian panjangnya.

    (Hanya sebuah opini, silahkan kritik dan sarannya)

    Jonggol, 4 April 2020

  • Posting Foto di Sosial Media?

    Posting Foto di Sosial Media?

    “Assalamu’alaikum 😁”

    Bagaimana tanggapan ukhti tentang memasang foto kita di sosial media?

    Ya, sebagian menjawab dengan jawaban boleh-boleh saja, dan sebagian yang lain menjawab tidak boleh.

    Semua kembali kepada pribadi masing-masing, namun mengumbar wajah kita di sosmed hanya akan menjadi bumerang untuk kita, akhwati…

    Kenapa?

    Karena dengan wajah yang kita pajang di sosial media, akan ada banyak “lelaki” yang justru tergoda dan akan berfantasi dengan wajah kita.

    Bayangkan, wajah muda kita yang cantik dan anggun ini, akan menjadi fantasi mereka dengan hanya menatap wajah kita. Hanya dengan foto wajah ya, akhwati…

    Foto wajah saja dapat membuat mereka membayangkan semuanya.

    Naudzubillah…

    Untuk akhwati, yang kucintai, meski aku tak akan kenal siapa kalian, dan di mana pun kalian sekarang.

    Cintailah diri kita, dengan tidak lagi memosting wajah kita di sosial media mana pun.

    Jika kalian sudah memiliki suami yang sah, silahkan kirim foto kalian kepada bapak misua saja. Agar si suami makin cinta.

    (Hanya sebuah opini, yang sering didapat dari beragam kajian selama mondok.)

    Salam ukhuwah, ya akhwati…

  • Jihadnya Seorang Perempuan

    Jihadnya Seorang Perempuan

    “Assalamu’alaikum 😊”

    Pembahasan kali ini, saya dapatkan dari percakapan bermanfaat antara saya dan ibu saya. Semoga mampu menginspirasi.

    Pernahkah ukhti semua berpikir tentang mengapa kita harus ditakdirkan menjadi seorang perempuan dan bukan laki-laki?

    Terkadang diri ini merasa begitu memikirkan dan menghitung berapa banyak keuntungan dan kerugian menjadi seorang perempuan.

    Bahkan, setelah menikah, terkadang suka sekali mengeluh tentang banyak hal. Terutama rasa sakit. Sadar atau tidak, tapi perempuan akan selalu mengalah, khawatir berakhir dengan pertengkaran yang hebat.

    Sebagai perempuan, saya khususnya lebih memilih mengalah dan diam. Namun, hati ini berkata lain, dan justru begitu membenci akan sebuah kata mengalah dan justru menyalahkan takdir.

    Hingga akhirnya saya tersadar akan kalimat ibu saya suatu hari ketika saya mengeluh tentang pasangan saya.

    “Jadi perempuan mah sakit terus, mi. Udah pas malem pertama sakit, hamil juga sakit, melahirkan sakit, terus ngurus anak juga kalau enggak bener diomelin, sakit juga. Sakit semua!” Aku bercerita tentang takdir wanita padanya.

    “Itulah jihad kita. Perempuan itu jihadnya di situ. Semua adalah jihad kita. Dari hamil, melahirkan sampai mendidik anak kita menjadi anak-anak yang sholeh. Capek dan sakit memang, tapi kan itu takdir kita yang justru berhadiah jihad jika kita ikhlas.”

    Dari kalimat itu, saya berhenti menyalahkan takdir dan mulai menikmati dengan keadaan yang sedang terjadi.

    Sudah banyak ungkapan seperti yang ibu saya katakan, namun semua terasa berbeda ketika petuah itu datang dari wanita yang sudah memberikan banyak cinta untuk saya. Semua ungkapan itu terasa masuk ke dalam hati saya.

    Uhibbuki fillah, Umii

    Boleh kritik sarannya juga ya, ukhti…

  • Santri Abadi

    Santri Abadi

    Pernah dengar tentang kata “Santri”?

    Santri adalah sebutan untuk mereka yang menimba ilmu di sebuah Pondok Pesantren. Ilmu ajaran Islam, tentunya.

    Aku akrab disapa “Santri”. Bukan hanya akrab, melainkan beberapa menyebutku, “Santri Abadi.”

    Sejak 2014, aku mulai mengambil study khusus Islam disebuah Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an daerah Jawa Barat.

    Semua kujalani dengan suka dan duka. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku, akan masuk dan mengabdi di sebuah Pesantren.

    Usiaku kala itu 17 tahun, lulus dari sebuah Madrasah Aliyah, kemudian melanjutkan masuk ke Pondok Pesantren. Hal yang membuatku bertahan di sana sebagai santri adalah “Al-Qur’an”.

    Aku akan membahas ini di lain kesempatan. Karena akan kuceritakan awal masuk Pesantren.

    Sebelumnya, aku pernah berjanji kepada Orang Tuaku bahwa aku akan menghafal Qur’an, namun ternyata aku baru bisa menghafalnya setelah lulus Aliyah.

    Inilah ceritaku di mulai, dan sejak saat itu perlahan pandanganku terbuka tentang banyak hal. Terutama tentang “Ukhuwah.”

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai