Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum ukhti Fillah, sudah lama tidak main dan menyapa blog tercintah…
Ya, pada tulisan kali ini mungkin tidak menuliskan sebuah artikel, tapi untuk menampilkan tulisan berupa renungan ☺️
Belum lama ini, saya telah mencobanya kepada adik-adik atau santri-santi Pondok Tahfidz Al-Husna.
Awalnya mereka seperti gelisah, karena tiba-tiba saya menyuruh mereka untuk mengambil pulpen dan kertas.
Dan mereka harus menjawab sesuai dengan pertanyaan yang saya berikan.
Sebenarnya, pertanyaan ini saya buat, karena mereka terlihat tidak bersemangat dalam menghafal. Ditambah lagi mereka adalah santri yang diberikan amanah untuk menjaga adik kelas mereka.
Nah, untuk itu, berikut adalah pertanyaan yang saya buat :
1. Siapa nama kamu?
2. Berapa usiamu?
3. Menurutmu lebih dulu mana adab atau ilmu
4. Sudah berapa lama kamu mondok di sini?
5. Apa tujuanmu berada di sini?
6. Apa saja yang sudah kamu lakukan untuk mencapai tujuanmu?
7. Sudah berapa persen usahamu selama di sini?
8. Apakah ada perubahan pada dirimu setelah menghafal Al-Qur’an?
9. Apakah menghafal Al-Qur’an adalah hal mudah? Atau justru sulit bagimu?
10. Seberapa yakin kamu mampu menyelesaikan 30 juz?
11. Lebih banyak mana, waktu yang kamu habiskan? Ngobrol dengan teman atau ngobrol dengan Al-Qur’an?
12. Pernahkah kamu ingin menyerah saat menghafal Al-Qur’an? Jika pernah, lalu disaat apa kamu ingin kembali bangkit!
13. Siapa penyemangat dirimu saat sedang futhur?
14. Kapan targetmu selesai 30 juz?
15. Dengan usaha kamu saat ini, apakah cukup untuk sampai selesai 30 juz?
16. Ketika selesai 30 juz, siapa orang pertama yang akan kalian berikan ucapan terima kasih?
17. Pernahkah kalian berterimakasih pada diri kalian sendiri?
18. Ketika selesai 30 juz hadiah apa yang akan kalian inginkan?
19. Terakhir, mari baca kembali dalam hati tentang dirimu, apakah kamu merasa puas dengan pencapaian mu saat ini, atau merasa belum puas?
19 pertanyaan di atas banyak membuat mereka berteriak histeris sambil berkata “Aduh…”
Bahkan salah satu dari mereka sudah sempat menitikkan air mata, ya bisa dibilang mereka tak mampu membuat target dan malu bahwa lebih banyak berbincang dengan kawan dibandingkan mengaji.
Terima kasih kepada ukhti yang menyempatkan dirinya untuk membaca di sini.
Jazakumullah Khoiron Katsiro ☺️

Tinggalkan komentar